Pada Januari 2022, sebuah jet tempur siluman F-35A milik Angkatan Udara Korea Selatan (ROKAF) mengalami insiden serius saat seekor burung elang tersedot ke dalam mesin kiri pesawat selama latihan rutin. Kejadian ini menyebabkan kerusakan parah pada lebih dari 300 komponen, termasuk struktur badan pesawat dan sistem avionik. Pilot berhasil melakukan pendaratan darurat tanpa roda pendaratan (belly landing) di Pangkalan Udara Seosan, dan keluar dari pesawat tanpa cedera.
Awalnya, biaya perbaikan pesawat diperkirakan mencapai sekitar 107 juta USD, hampir setara dengan harga unit baru. Akibatnya, ROKAF mempertimbangkan untuk memensiunkan pesawat tersebut dan menggunakannya sebagai platform pelatihan.
Namun, pada Mei 2025, kolaborasi antara ROKAF, Lockheed Martin, dan F-35 Joint Program Office (JPO) menghasilkan pendekatan inovatif: melepas dan memasang kembali sayap pesawat untuk memudahkan transportasi ke fasilitas perawatan. Proses ini, yang pertama kali dilakukan pada F-35A, kini diadopsi sebagai bagian dari protokol pemeliharaan standar
Keberhasilan ini menunjukkan bahwa dengan inovasi dan kerja sama internasional, tantangan besar dalam pemeliharaan pesawat tempur canggih dapat diatasi, membuka jalan bagi efisiensi biaya dan peningkatan kesiapan operasional.