Kehadiran pesawat peringatan dini berbasis kapal induk KJ‑600 di dek kapal induk terbaru Cina, Fujian, menjadi salah satu perkembangan paling signifikan dalam modernisasi Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat (PLAN). Namun kabar terbaru menyebutkan bahwa platform ini kini dipasangi modul Cooperative Engagement Capability (CEC)—suatu langkah yang membuat kemampuan tempur jaringan Cina melonjak ke level yang benar‑benar baru.
Jika sebelumnya Fujian dipandang sebagai “jawaban Cina terhadap supercarrier Amerika”, kini sinyalnya lebih besar: Beijing sedang membangun arsitektur pertempuran bersama yang menantang dominasi sistem jaringan tempur Aegis AS.
KJ‑600: Mata dan Otak dari Gugus Tempur Fujian
KJ‑600 sejak awal dirancang sebagai pesawat AEW&C (Airborne Early Warning and Control) generasi baru untuk kapal induk tipe CATOBAR Cina. Dengan desain bermesin ganda turboprop yang mengingatkan pada E‑2D Hawkeye milik AS, pesawat ini mengisi celah kritis yang selama ini tidak bisa dipenuhi helikopter AWACS seperti Z‑18J.
Keunggulan KJ‑600 terletak pada:
- Radar AESA cakupan 360 derajat, dirancang untuk mendeteksi target kecil dan siluman.
- Endurance lebih lama, memungkinkan patroli maritim dan udara di radius jauh dari kapal induk.
- Kemampuan komando dan kontrol, mengatur jaringan pesawat tempur, drone, dan kapal perang di bawah satu sistem terpadu.
Namun penyempurnaan terbarunya—integrasi modul CEC—memberikan dimensi baru terhadap peran KJ‑600.
Apa Itu CEC dan Mengapa Penting?
Cooperative Engagement Capability (CEC) adalah teknologi yang menghubungkan berbagai platform tempur menjadi satu kesadaran situasional bersama. Artinya:
- Data dari radar satu platform dapat langsung digunakan oleh platform lain, tanpa jeda waktu.
- Rudal dari kapal A dapat menembak target menggunakan data sensor dari pesawat B.
- Sistem komando dapat melihat gambaran medan tempur yang sama, akurat, dan real‑time.
Pada era peperangan jarak jauh dan rudal hipersonik, kemampuan ini sangat menentukan.
Jika Cina benar‑benar menerapkan CEC pada KJ‑600, maka:
- Pesawat tempur J‑35 atau J‑15B bisa menembak target di luar jangkauan radar mereka sendiri.
- Kapal perusak Type‑055 bisa menyerang target yang tidak terlihat dari horizon kapal.
- Drone tempur loyal wingman bisa beroperasi dalam formasi pintar tanpa harus berada dalam garis pandang langsung.
Inilah yang membuat integrasi CEC pada KJ‑600 menjadi terobosan strategis.
Fujian: Supercarrier yang Kini Memiliki “Super Network”
Fujian sendiri sudah membawa perlengkapan teknologi yang menjadi sorotan dunia: ketapel elektromagnetik (EMALS), sistem listrik besar, dan dek penerbangan luas. Namun tanpa jaringan pertempuran terpadu, semua keunggulan ini hanya bersifat mekanis.
Integrasi KJ‑600 + CEC mengubah Fujian dari sekadar kapal induk besar menjadi node tempur pusat—ibarat server utama dalam jaringan militer raksasa Cina.
Dengan kemampuan ini:
- Gugus tempur kapal induk Cina dapat beroperasi lebih jauh dari daratan tanpa bergantung pada radar berbasis pantai.
- Pertahanan udara berlapis menjadi lebih ketat, karena setiap platform saling berbagi data target.
- Operasi serangan presisi jarak jauh lebih efektif, terutama ketika melibatkan rudal-rudal modern seperti YJ‑21 atau PL‑XX.
Meningkatnya Tantangan Bagi AS dan Sekutu
Di Pasifik, sistem CEC Amerika telah lama menjadi standar emas, terutama pada kapal Aegis dan pesawat E‑2D. Namun kemunculan CEC versi Cina—meski belum diketahui seberapa matang—menjadi penanda bahwa Beijing tidak lagi berada di belakang dalam hal jaringan tempur tingkat tinggi.
Implikasinya:
- Operasi kapal induk AS di Laut Filipina dan Laut Cina Selatan akan menghadapi musuh dengan kesadaran situasional kolektif yang setara.
- Negara-negara regional perlu mengadaptasi strategi untuk menghadapi lawan yang dapat membagi data sensor secara real‑time.
- Persaingan teknologi militer kini bukan hanya soal platform, tetapi ekosistem.