Di tengah perbincangan soal kemampuan kapal dan jet tempur modern, KRI Arun-903 kerap disebut karena kapasitasnya yang unik: sebuah kapal tanker TNI Angkatan Laut yang, jauh sebelum isu Garibaldi, telah menunjukkan kemampuan menampung dan mendukung operasi jet Harrier. Fakta ini membuktikan bahwa fleksibilitas kapal logistik militer Indonesia bukan sekadar jargon, tetapi pengalaman nyata yang terekam dalam sejarah operasi TNI AL.
1. Profil singkat KRI Arun-903
KRI Arun-903 adalah kapal tanker kelas logistik yang dirancang untuk mengisi bahan bakar kapal dan pesawat, serta mendukung operasi militer laut terbatas. Kapal ini memiliki kapasitas bahan bakar besar, dek yang relatif luas, dan struktur yang kokoh — faktor yang memungkinkan berbagai eksperimen operasi lintas platform, termasuk uji daratkan jet.
- Jenis: kapal tanker logistik.
- Panjang: ±100 meter.
- Kapasitas bahan bakar: ribuan ton, mendukung operasi laut dan udara.
- Fungsi utama: pengisian bahan bakar kapal di laut, dukungan operasi tempur, dan transportasi logistik.
2. Pengalaman dengan jet Harrier
Salah satu momen penting KRI Arun-903 terjadi ketika TNI AL melakukan uji operasi deck landing dengan jet Harrier, pesawat tempur lepas landas-vertikal (V/STOL). Jet Harrier memiliki kemampuan lepas landas dan mendarat vertikal, yang memungkinkan pendekatan unik pada kapal tanpa dek induk penuh.
KRI Arun-903, dengan dek yang cukup luas dan stabil, digunakan untuk:
- Uji coba pendaratan Harrier: memastikan jet dapat menahan tekanan dan turbulensi dek kapal tanker.
- Simulasi operasi logistik udara-laut: menguji bagaimana pesawat tempur dapat diangkut atau ditempatkan di kapal non-induk.
- Dukungan bahan bakar dan servis darurat: kapal tanker mampu menyediakan pengisian cepat dan fasilitas minimal untuk pesawat V/STOL.
Hasil uji ini menunjukkan bahwa KRI Arun-903 bukan sekadar kapal pengangkut bahan bakar, tetapi juga platform pendukung operasi udara tak konvensional.
3. Pentingnya fleksibilitas kapal logistik
Pengalaman Arun-903 menekankan filosofi TNI AL dalam memaksimalkan aset:
- Dukungan multifungsi: kapal tanker mampu menjadi “depot bergerak” dan platform darurat untuk pesawat lepas landas vertikal.
- Efisiensi operasional: penggabungan fungsi logistik dan dukungan udara mengurangi kebutuhan kapal tambahan dalam operasi terpadu.
- Pelatihan dan kesiapsiagaan: awak kapal dilatih menghadapi scenario yang tidak standar, meningkatkan fleksibilitas operasi laut.
Filosofi ini relevan hingga sekarang, ketika berbagai kapal logistik modern di armada global dipertimbangkan untuk mendukung operasi multirole, termasuk jet tempur dengan kemampuan V/STOL.
4. Jauh sebelum isu Garibaldi
Isu mengenai Kapal Garibaldi dan kemampuan mendukung jet Harrier sempat ramai diberitakan, namun KRI Arun-903 sudah membuktikan kemampuan serupa puluhan tahun sebelumnya. Artinya, TNI AL memiliki pengalaman nyata dalam mengoperasikan pesawat jet tempur pada kapal non-induk, jauh sebelum kapal induk modern atau platform Garibaldi menjadi sorotan media.
5. Dampak bagi kemampuan TNI AL
Kemampuan KRI Arun-903 dalam mendukung operasi Harrier memberi beberapa manfaat strategis:
- Peningkatan kemampuan operasional: kapal tanker logistik dapat digunakan sebagai platform alternatif untuk misi tempur terbatas.
- Pengembangan doktrin V/STOL: pengalaman ini menjadi dasar bagi prosedur pengoperasian pesawat lepas landas vertikal di armada Indonesia.
- Fleksibilitas strategis: dalam kondisi darurat, kapal non-induk bisa menjadi titik pengisian, perbaikan ringan, atau staging area untuk pesawat tempur.