Tokyo, Jepang – Jepang resmi mengukir sejarah baru dalam industri pertahanannya dengan memperkenalkan pesawat tempur siluman pertama buatan dalam negeri, sebuah langkah monumental yang menandai ambisi Tokyo untuk mandiri secara teknologi di tengah dinamika keamanan regional yang semakin kompleks.
Pesawat prototipe yang dinamai “Shinshin”, yang berarti “jiwa” dalam bahasa Jepang, merupakan hasil pengembangan panjang dari program teknologi demonstrator X-2, dan kini secara resmi menjadi pondasi bagi jet tempur generasi keenam Jepang yang akan menggantikan armada F-2 milik Pasukan Bela Diri Udara Jepang (JASDF).
Langkah Mandiri di Tengah Ketergantungan Historis
Selama beberapa dekade, Jepang sangat bergantung pada aliansi militer dan pasokan persenjataan dari Amerika Serikat, termasuk jet tempur F-15, F-35, dan F-2 yang berbasis dari model F-16. Namun dengan peluncuran Shinshin, Tokyo mengirim sinyal kuat bahwa mereka siap untuk mengambil kendali penuh atas sistem pertahanannya, terutama dalam menghadapi tantangan keamanan dari Cina dan Korea Utara.
Pesawat ini dikembangkan oleh Mitsubishi Heavy Industries bersama Acquisition, Technology & Logistics Agency (ATLA) Kementerian Pertahanan Jepang. Pameran publik pertama Shinshin digelar di Pangkalan Udara Gifu pada Mei 2025, dan langsung menarik perhatian dunia internasional.
Spesifikasi Futuristik: Tak Tertangkap Radar dan Penuh Sensor Cerdas
Shinshin dirancang sebagai pesawat stealth multirole, dengan kemampuan untuk menghindari radar musuh secara ekstrem dan dilengkapi sistem avionik canggih, termasuk sensor fusi, radar AESA, dan kemampuan electronic warfare. Material komposit ringan dan desain geometri permukaan yang tajam dan simetris menjadikan pesawat ini sulit dideteksi bahkan oleh radar paling modern.
Jet ini juga dirancang untuk supercruise—kemampuan terbang supersonik tanpa perlu pembakar tambahan (afterburner)—dan telah diuji dengan mesin turbofan generasi terbaru yang dikembangkan secara lokal oleh IHI Corporation.
Tak hanya itu, pesawat ini dirancang untuk kompatibel dengan komputasi kuantum dan kecerdasan buatan (AI) di masa depan, memungkinkan integrasi ke dalam jaringan perang elektronik yang luas dan dinamis.
Menuju Jet Tempur Generasi Keenam: Kolaborasi atau Soliter?
Meskipun Jepang telah melakukan pendekatan awal untuk kerja sama dengan Inggris dan Italia melalui proyek Global Combat Air Programme (GCAP), peluncuran pesawat ini menunjukkan bahwa Jepang tetap menyisakan ruang untuk opsi domestik yang sepenuhnya independen.
Menteri Pertahanan Jepang menyatakan bahwa proyek ini tidak menutup kemungkinan untuk diintegrasikan dalam kerangka kerja sama GCAP, tetapi juga menegaskan bahwa komponen utama seperti mesin, radar, dan sistem kendali akan tetap dikembangkan oleh industri nasional.
Respons Regional dan Implikasi Strategis
Peluncuran Shinshin tidak luput dari sorotan regional. Cina dan Korea Utara dilaporkan menanggapi dengan kekhawatiran, melihat kemampuan ini sebagai upaya Tokyo memperkuat keunggulan udara dalam radius ribuan kilometer dari kepulauan Jepang. Sementara itu, Amerika Serikat menyambut positif, menyebut langkah ini sebagai “bukti kesiapan Jepang menjadi pemimpin teknologi pertahanan regional.”
Para analis militer menilai bahwa pesawat ini bukan hanya simbol teknologi, tetapi juga sinyal strategis bahwa Jepang tidak lagi ingin hanya bergantung pada perlindungan aliansi, tetapi mulai membangun kekuatan proyeksi militer yang mumpuni dan otonom.