Pada 6 September 1976, dunia dikejutkan oleh peristiwa yang jarang terjadi selama Perang Dingin: seorang pilot Angkatan Pertahanan Udara Soviet, Letnan Viktor Belenko, membelot dengan menerbangkan pesawat tempur MiG-25P “Foxbat” milik Soviet dan mendaratkannya di Bandara Hakodate, Hokkaido, Jepang. Peristiwa ini tidak hanya memicu ketegangan diplomatik antara Jepang dan Uni Soviet, tetapi juga memberikan kesempatan langka bagi Barat untuk mempelajari salah satu pesawat paling canggih yang pernah ada pada masa itu.
🛫 Keberanian Seorang Pilot
Viktor Belenko, yang saat itu bertugas di Resimen Tempur ke-513, Angkatan Udara Pertahanan Udara ke-11, berbasis di Chuguyevka, Primorsky Krai, memutuskan untuk membelot karena ketidakpuasannya terhadap rezim komunis dan keinginannya untuk mencari kebebasan. Pada hari itu, ia mengikuti rencana penerbangan pelatihan yang biasa, namun kemudian mengubah arah dan terbang menuju Jepang. Dengan keterampilan dan keberanian, ia berhasil mendaratkan MiG-25 tersebut di Bandara Hakodate, meskipun sempat merusak roda pendarat depan pesawat. Wikipedia
🧪 Analisis MiG-25 oleh Barat
Setelah mendarat, Belenko meminta suaka politik kepada Amerika Serikat. Pemerintah Jepang, meskipun menghadapi tekanan dari Uni Soviet untuk mengembalikan pesawat tersebut, memutuskan untuk membiarkan para ahli dari Amerika Serikat dan Jepang memeriksa MiG-25 secara mendalam. Pesawat tersebut kemudian dibongkar di Pangkalan Udara Hyakuri, Jepang, dan dianalisis selama 67 hari. Temuan dari analisis ini mengejutkan Barat, karena MiG-25 ternyata tidak secepat yang diperkirakan dan memiliki manuverabilitas yang terbatas. Wikipedia
📦 Pengembalian Pesawat ke Uni Soviet
Setelah selesai dianalisis, MiG-25 tersebut dikemas dalam sekitar 40 kotak dan dikirim kembali ke Uni Soviet melalui laut. Pemerintah Soviet menuntut pengembalian pesawat tersebut dalam kondisi utuh, namun beberapa bagian penting dilaporkan hilang selama proses pengembalian. Wikipedia
🕊️ Dampak Jangka Panjang
Peristiwa ini memiliki dampak jangka panjang terhadap hubungan internasional dan teknologi militer. Belenko diberikan suaka politik oleh Amerika Serikat dan kemudian menjadi warga negara AS. Ia bekerja sebagai konsultan militer, pembicara publik, dan pebisnis. Pada tahun 1995, setelah berakhirnya Uni Soviet, Belenko mengunjungi Moskow dan bertemu dengan mantan rekan-rekannya. Wikipedia
Hari ini, 49 tahun setelah peristiwa tersebut, kita mengenang keberanian Viktor Belenko dalam mencari kebebasan dan dampak besar yang ditimbulkan oleh tindakannya terhadap dunia internasional dan teknologi militer.