Beijing, 20 Juli 2025 — Industri teknologi pertahanan Cina kembali menunjukkan kemampuannya dengan peluncuran drone intai terbaru yang disebut-sebut sebagai ‘copy-an’ dari model V-Bat milik Amerika Serikat. Drone jenis VTOL (Vertical Take-Off and Landing) ini mengusung desain tail-sitter yang memungkinkan lepas landas dan mendarat secara vertikal sekaligus melaksanakan penerbangan horizontal dengan efisiensi tinggi.
Desain Tail-Sitter, Inovasi yang Fleksibel
Konsep tail-sitter bukan hal baru dalam dunia drone militer. Drone dengan desain ini mampu mengubah orientasi sayap dan badan untuk lepas landas dan mendarat secara vertikal seperti helikopter, kemudian beralih ke posisi horizontal untuk terbang lebih cepat dan hemat energi layaknya pesawat sayap tetap. Model V-Bat dari Amerika memang telah menjadi acuan karena fleksibilitas dan kemampuannya yang efektif untuk misi pengintaian dan pemantauan di medan sulit.
Versi Cina yang baru diluncurkan ini memiliki kemiripan bentuk dan fungsi yang mencolok dengan V-Bat, sehingga banyak analis internasional menyebutnya sebagai hasil adaptasi atau bahkan tiruan yang dikembangkan dengan teknologi lokal. Meski demikian, detail teknis resmi dari drone ini masih minim dan belum diumumkan secara terbuka.
Kemampuan dan Potensi Penggunaan
Menurut beberapa sumber dalam negeri, drone tail-sitter baru ini dilengkapi dengan sensor canggih dan kamera resolusi tinggi yang mampu melakukan pengintaian secara real-time dengan jangkauan yang luas. Dengan kemampuan VTOL, drone ini cocok digunakan dalam operasi militer di daerah terpencil dan sulit dijangkau dengan pesawat konvensional.
Selain itu, desain yang compact dan kemampuan terbang yang efisien memungkinkan drone ini beroperasi dalam durasi yang lebih lama, mendukung pengawasan perbatasan, pengintaian strategis, dan misi taktis lainnya.
Respons dan Implikasi Regional
Peluncuran drone ini tentu menarik perhatian negara-negara di kawasan Asia-Pasifik yang tengah meningkatkan kemampuan pengawasan dan pertahanan mereka. Beberapa pengamat menilai langkah Cina ini merupakan bagian dari upaya memperkuat keunggulan teknologi militer secara cepat, sekaligus menegaskan dominasi di bidang drone tanpa awak.
Namun, ada juga kekhawatiran soal aspek keamanan dan kemungkinan eskalasi persaingan teknologi antara kekuatan besar. Drone dengan kemampuan tinggi seperti ini dapat memperluas jangkauan operasi militer dan memperumit dinamika geopolitik.