Pada 3 September 2025, dalam parade militer besar di Beijing untuk memperingati 80 tahun berakhirnya Perang Dunia II, China menampilkan kekuatan militernya yang semakin modern. Salah satu sorotan utama adalah debut publik rudal balistik udara JL-1, yang diluncurkan dari pembom strategis Xi’an H-6N. Peluncuran ini menandai langkah signifikan dalam memperkuat daya tahan nuklir China melalui triad nuklir: darat, laut, dan udara. Wikipedia
š„ JL-1: Rudal Balistik Udara Nuklir China
JL-1 adalah rudal balistik udara nuklir pertama yang diungkapkan oleh China. Rudal ini dirancang untuk diluncurkan dari pembom strategis H-6N, varian dari H-6 yang dimodifikasi khusus untuk membawa rudal balistik udara. Meskipun rincian teknisnya terbatas, JL-1 diperkirakan memiliki jangkauan yang lebih panjang dibandingkan dengan rudal balistik darat seperti DF-21, berkat kecepatan tinggi dari pesawat peluncurannya. Rudal ini juga kemungkinan memiliki konfigurasi hulu ledak ganda, termasuk hulu ledak konvensional dan hulu ledak hipersonik. Wikipedia
āļø Xi’an H-6N: Pembom Strategis Pembawa JL-1
Xi’an H-6N adalah varian dari pembom H-6 yang dimodifikasi untuk membawa rudal balistik udara. Pesawat ini memiliki desain khusus dengan ruang bawah tubuh pesawat yang dapat menampung rudal besar seperti JL-1. H-6N juga dilengkapi dengan kemampuan pengisian bahan bakar di udara, memperpanjang jangkauan operasionalnya. Pesawat ini pertama kali diperkenalkan pada parade militer tahun 2019 dan kini menjadi bagian integral dari strategi nuklir udara China. Wikipedia
š Dampak Strategis dan Pesan Global
Peluncuran JL-1 dari H-6N menegaskan komitmen China untuk memperkuat kemampuan pencegahan nuklirnya. Dengan mengintegrasikan triad nuklirādaratan (DF-61), laut (JL-3), dan udara (JL-1)āChina menunjukkan kesiapan untuk menghadapi berbagai ancaman dari berbagai domain. Pameran ini juga mengirimkan pesan kuat kepada komunitas internasional bahwa China memiliki kemampuan untuk mempertahankan kedaulatannya dan menanggapi ancaman dengan kekuatan yang seimbang.