SR Uncategorized US Navy Tak Lagi Miliki Kapal Penyapu Ranjau Dedicated: Strategi Baru Angkatan Laut Terkuat Dunia

US Navy Tak Lagi Miliki Kapal Penyapu Ranjau Dedicated: Strategi Baru Angkatan Laut Terkuat Dunia

US Navy Tak Lagi Miliki Kapal Penyapu Ranjau Dedicated: Strategi Baru Angkatan Laut Terkuat Dunia post thumbnail image

Pada 25 September 2025, Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy) resmi menonaktifkan kapal penyapu ranjau kelas Avenger terakhir yang bertugas di Timur Tengah, USS Devastator (MCM-6), di Pangkalan Dukungan Angkatan Laut Bahrain. Langkah ini menandai berakhirnya era kapal penyapu ranjau dedicated dalam armada AS setelah hampir 40 tahun beroperasi.

Mengapa Kapal Penyapu Ranjau Dedicated Dihentikan?

Keputusan untuk menonaktifkan kapal penyapu ranjau dedicated didorong oleh kebutuhan untuk efisiensi anggaran dan modernisasi armada. Kapal-kapal Avenger yang terbuat dari fiberglass dan kayu memiliki keterbatasan dalam hal kecepatan, daya tahan, dan kemampuan deteksi ranjau modern. Selain itu, biaya pemeliharaan yang tinggi menjadi pertimbangan utama dalam keputusan ini. centerformaritimestrategy.org

Strategi Baru: Littoral Combat Ship (LCS) dan Teknologi Tak Berawak

Sebagai pengganti, US Navy mengandalkan Littoral Combat Ship (LCS) kelas Independence yang dilengkapi dengan paket misi penanggulangan ranjau. LCS ini menggunakan helikopter MH-60S Seahawk yang dilengkapi dengan sistem deteksi ranjau udara AN/AES-1 Airborne Laser Mine Detection System (ALMDS) untuk mendeteksi ranjau di perairan dangkal. Naval News

Selain itu, teknologi tak berawak seperti kendaraan bawah air tak berawak (UUV) juga digunakan untuk menetralkan ranjau. Salah satu inovasi terbaru adalah “Maritime Expeditionary Response Crawler,” sebuah robot bawah air seberat kurang dari 150 pon yang dilengkapi dengan sensor dan lengan manipulator untuk mendeteksi dan menetralkan ranjau di kedalaman lebih dari 600 meter. Business Insider

Tantangan dan Kritik

Meskipun teknologi baru menawarkan efisiensi dan keamanan, beberapa pihak mengkritik keputusan ini. Beberapa analis militer berpendapat bahwa LCS belum terbukti efektif dalam misi penanggulangan ranjau, sementara teknologi tak berawak masih dalam tahap pengembangan dan belum sepenuhnya dapat diandalkan.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Post