KRI Belati-622 merupakan tonggak penting dalam modernisasi armada Kapal Cepat Rudal (KCR) TNI Angkatan Laut. Kapal ini menggantikan KRI Rencong-622 yang sebelumnya mengalami kebakaran dan tenggelam di perairan Sorong pada tahun 2018. Sebagai penerus, KRI Belati-622 tidak hanya menggambarkan kemajuan teknologi, tetapi juga menjadi simbol kemandirian industri pertahanan Indonesia.
Desain dan Teknologi Hybrid
KRI Belati-622 memiliki panjang 62 meter, lebar 9 meter, dan bobot 500 ton. Kapal ini mengusung sistem propulsi hybrid yang menggabungkan water jet dan propeller yang dapat menggunakan bahan bakar biofuel. Teknologi ini memungkinkan kapal untuk beroperasi secara efisien di seluruh perairan Indonesia yang memiliki kondisi geografis dan cuaca yang beragam. KRI Belati-622 dirancang dan dibangun oleh PT Tesco Indomaritim, menunjukkan kemampuan galangan kapal dalam negeri dalam memproduksi kapal perang modern.
Sistem Persenjataan Canggih
KRI Belati-622 dilengkapi dengan rudal anti-kapal Atmaca buatan Roketsan, Turki. Rudal ini memiliki jangkauan hingga 200 km dan dilengkapi dengan teknologi pencarian dan pemandu canggih, menjadikannya salah satu rudal anti-kapal tercanggih di dunia. Untuk mendukung operasi rudal Atmaca, kapal ini juga dilengkapi dengan Combat Management System (CMS) SEWACO buatan Havelsan dan radar CENK-200N dari Aselsan, keduanya berasal dari Turki. Integrasi sistem-sistem ini memungkinkan KRI Belati-622 untuk melakukan deteksi, pelacakan, dan penyerangan secara efektif dan efisien.
Peran dan Penugasan
Setelah resmi dikomisioning pada 1 Oktober 2025, KRI Belati-622 akan ditempatkan di Satuan Kapal Cepat (Satkat) Koarmada III. Kapal ini akan menjalankan berbagai tugas, termasuk Operasi Militer Perang (OMP) dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP), seperti pengamanan perbatasan, patroli laut, dan operasi pencarian dan pertolongan (SAR). Dengan kehadiran KRI Belati-622, TNI AL semakin memperkuat kemampuan pertahanan maritim Indonesia, khususnya di wilayah timur yang strategis.