SR Uncategorized Norinco PHL-16: “Chinese HIMARS”, Jawaban Beijing pada Dominasi Sistem Roket dan Rudal Balistik Taktis

Norinco PHL-16: “Chinese HIMARS”, Jawaban Beijing pada Dominasi Sistem Roket dan Rudal Balistik Taktis

Norinco PHL-16: “Chinese HIMARS”, Jawaban Beijing pada Dominasi Sistem Roket dan Rudal Balistik Taktis post thumbnail image

Dalam percaturan kekuatan militer modern, keberadaan sistem artileri roket dan rudal balistik taktis menjadi salah satu elemen kunci dalam doktrin perang jarak jauh. Amerika Serikat memiliki HIMARS (High Mobility Artillery Rocket System) yang terbukti efektif di berbagai medan pertempuran, mulai dari Irak hingga Ukraina. Tidak ingin tertinggal, Tiongkok melalui raksasa industri pertahanannya, Norinco (China North Industries Corporation), menghadirkan PHL-16, sebuah sistem peluncur roket ganda generasi baru yang kerap disebut sebagai “Chinese HIMARS”.

Desain Modular dan Fleksibilitas Tinggi

PHL-16 pertama kali diperkenalkan kepada publik pada parade militer di Beijing tahun 2019. Sistem ini dirancang dengan konsep modular, memungkinkan kendaraan peluncur untuk menembakkan berbagai jenis roket kaliber besar maupun rudal taktis.

Dibangun di atas sasis truk berat 8×8, PHL-16 dapat membawa dua pod peluncur, masing-masing berisi roket kaliber 370 mm atau rudal taktis 750 mm. Pendekatan modular ini memberi fleksibilitas dalam penyesuaian misi: mulai dari serangan artileri jarak menengah, penghancuran instalasi pertahanan musuh, hingga peluncuran rudal balistik jarak lebih jauh.

Jangkauan yang Menggugah Perhatian

Jika HIMARS Amerika mengandalkan roket GMLRS dengan jangkauan hingga 80 km, PHL-16 justru mampu melampauinya. Roket 370 mm buatan Norinco diklaim mampu menjangkau target sejauh 200 km, sementara rudal balistik taktis yang dapat diluncurkan dari sistem ini berpotensi mencapai jarak 350–500 km.

Dengan kemampuan tersebut, PHL-16 bukan sekadar artileri roket, melainkan juga dapat mengisi celah sebagai sistem rudal taktis mobile. Hal ini menempatkan Tiongkok sejajar dengan negara-negara yang mengandalkan kemampuan serangan presisi jarak jauh.

Peran Strategis dalam Doktrin PLA

Bagi Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), PHL-16 memiliki nilai strategis penting. Sistem ini memberikan opsi serangan cepat terhadap infrastruktur militer lawan, jalur logistik, hingga pangkalan udara, tanpa perlu mengerahkan jet tempur atau rudal jarak jauh yang lebih mahal.

Dalam konteks Asia-Pasifik, keberadaan PHL-16 juga menjadi bagian dari strategi anti-access/area denial (A2/AD) Tiongkok. Dengan jangkauan rudalnya, sistem ini berpotensi menekan pergerakan militer lawan di wilayah Laut Tiongkok Selatan hingga kawasan perbatasan darat.

Dibandingkan dengan HIMARS

Meski sering dijuluki “Chinese HIMARS”, terdapat perbedaan mendasar. HIMARS lebih ringan, dipasang pada truk 6×6 dan hanya membawa satu pod peluncur, namun terkenal karena mobilitas tinggi dan integrasi dengan sistem komando C4ISR NATO.

Sebaliknya, PHL-16 lebih besar dan mampu membawa dua pod sekaligus, dengan daya hancur yang lebih masif. Namun, bobot dan ukuran PHL-16 membuatnya kurang lincah dibanding HIMARS, sehingga lebih cocok untuk operasi serangan jarak jauh dalam skenario yang telah direncanakan.

Simbol Ambisi Militer Tiongkok

Kehadiran PHL-16 menegaskan ambisi Beijing untuk menjadi pemain utama dalam teknologi sistem senjata artileri modern. Bukan hanya sekadar menandingi HIMARS, tetapi juga menunjukkan bahwa Tiongkok mampu mengembangkan kombinasi artileri roket dan rudal balistik taktis dalam satu platform terpadu.

Seiring dengan meningkatnya tensi geopolitik, terutama di Indo-Pasifik, PHL-16 menjadi salah satu senjata yang akan terus diperhitungkan oleh negara-negara tetangga maupun kekuatan besar dunia.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Post