Paris – Ketegangan antara Perancis dan Jerman dalam proyek pengembangan pesawat tempur masa depan, Future Combat Air System (FCAS), semakin memanas. Baru-baru ini, Perancis dilaporkan menginginkan porsi kepemilikan saham sebesar 80 persen dari pihak Jerman, sebuah tuntutan yang jauh berbeda dari kesepakatan awal yang telah disepakati kedua negara. Kondisi ini memicu kekhawatiran bahwa proyek ambisius bersama ini terancam bubar.
Latar Belakang Proyek FCAS
Proyek FCAS merupakan kolaborasi strategis antara Perancis, Jerman, dan Spanyol yang bertujuan mengembangkan sistem tempur udara generasi berikutnya untuk menggantikan jet tempur Eurofighter dan Rafale. Program ini merupakan bagian dari upaya Eropa untuk mandiri secara teknologi militer dan bersaing di panggung global.
Dari awal, proyek FCAS dibangun atas dasar pembagian saham dan tanggung jawab yang seimbang antara mitra, khususnya antara Perancis dan Jerman yang menjadi penggerak utama. Namun, dinamika politik dan kepentingan industri masing-masing negara membuat jalannya kolaborasi ini penuh tantangan.
Tuntutan Perancis dan Reaksi Jerman
Menurut sumber dalam yang dikutip media Eropa, Perancis ingin menguasai sekitar 80 persen saham pihak Jerman dalam pengembangan komponen utama pesawat dan sistem senjata. Langkah ini didasari alasan bahwa Perancis ingin memastikan kontrol penuh atas teknologi kunci dan arah pengembangan proyek.
Namun, tuntutan ini jauh berbeda dari kesepakatan awal yang mengedepankan pembagian saham hampir seimbang antara kedua negara. Jerman pun langsung menyatakan penolakan keras, menilai permintaan tersebut tidak adil dan berpotensi merusak hubungan bilateral.
Seorang pejabat tinggi dari Kementerian Pertahanan Jerman menyebutkan, “Kami ingin terus berkomitmen pada kerja sama ini, tapi segala perubahan signifikan harus berdasarkan diskusi dan kesepakatan bersama, bukan keputusan sepihak.”
Dampak Potensial bagi Masa Depan FCAS
Perselisihan ini membuat masa depan proyek FCAS menjadi sangat tidak pasti. Jika tidak segera ada solusi kompromi, proyek yang sudah menghabiskan waktu bertahun-tahun dan dana miliaran euro ini bisa berujung pembubaran.
Selain aspek teknis dan finansial, kegagalan FCAS juga akan berpengaruh pada reputasi Eropa dalam hal kemandirian pertahanan dan teknologi tinggi. Proyek ini merupakan simbol ambisi kontinental untuk mengurangi ketergantungan pada senjata impor dari luar kawasan, terutama Amerika Serikat.
Upaya Negosiasi dan Harapan Penyelesaian
Dalam beberapa pekan terakhir, delegasi dari kedua negara telah mengadakan pertemuan intensif untuk mencari titik temu. Media melaporkan bahwa ada beberapa opsi tengah dibahas, termasuk revisi porsi saham yang lebih adil dan pembagian peran pengembangan teknologi.
Para pengamat menilai, demi kepentingan strategis Eropa, kedua pihak harus mampu menahan ego nasional dan kembali pada semangat kemitraan. “Proyek sebesar FCAS butuh solidaritas, bukan dominasi salah satu pihak,” ujar analis pertahanan dari Institut Studi Eropa.